Kamis, 22 Januari 2009

Oh... Nusantara

( Celoteh Anak Bangsa)
oleh: Pauzan. S

Hutan sawah gunung lautan simpanan kekayaan
Kini ibu sedang lara merintih dan berdo’a
Gemah Ripah Loh Jenawi itulah ungkapan yang terkenal bagi negeri tanah air ini Jauh sebelum penjajahan, nusantara adalah negeri yang menjadi jalur perdagangan internasional, diatasnya berdiri kerajaan-kerajaan besar. Di antaranya adalah Majapahit dan Sriwijaya, serta kerajaan-kerajaan besar lainnya. Jalur perairan yang sangat strategis menjadikan nusantara ramai akan para pedagang, rempah-rempah dan hasil hutan yang menjadi komoditi utama semakin memperkenalkan nusantara kedunia internasional. Kerajaan Maritim negeri air nusantara dibentengi oleh armada-armada yang tangguh sehingga bangsa lainpun segan untuk merampas dan mengganggu nusantara tercinta.


Kekayaan bumi nusantara akhirnya menyita perhatian bangsa colonial untuk merebut dan merampas hasil bumi negeri ini, maka datanglah para penjajah secara silih berganti, Belanda, Jepang, Portugis, dan Inggris. Mereka yang tidak mempunyai wilayah dan kekayaan, datang ke nusantara untuk mengeksploitasi kekayaan negeri. Penindasan dan perampasanpun terjadi di mana-mana, rakyat bangkit untuk melawan penjajahan, entah berapa juta nyawa yang telah melayang, berapa juta liter darah tertumpah membasahi bumi, berapa tinggi volume suara tangis yang telah memecahkan angkasa raya, dan berapa juta rakyat yang telah kehilangan kekayaannya untuk membebaskan negeri ini dari penjajahan.
Perjuangan yang telah di lakukan oleh para pendahulu kita telah membuahkan hasil, kemerdekaan telah tiba, bukan karena pemberian, bukan karena mengemis, tapi di rebut dengan perjuangan dan perlawanan. Kemerdekaan yang disambut dengan rasa suka cita dengan harapan bahwa proklamasi kemerdekaan adalah akhir dari penindasan, akhir dari perampasan, serta akhir dari kebodohan dan kemiskinan. Dan menjadi awal bagi kebebasan, ketenangan, serta awal kesejahteraan dan kemakmuran.
Kemerdekaan sudah berjalan selama setengah abad lebih, pemimpin-pun telah sekian kali berganti dengan berbagai macam jargon pemerintahan, dari parlementer, demokrasi terpimpin, demokrasi pancasila, sampai ke reformasi telah di coba untuk dapat memakmurkan rakyat, tapi keadaan belum dapat sepenuhnya berubah, kekuatan-kekuatan yang dahulu di miliki oleh bangsa ini telah hilang entah kemana, cita-cita yang dulu di impikan oleh para pendahulu telah terbang entah kemana.
Ibu pertiwiku sekarang patut bersedih, karena apa yang telah di hasilkan dari rahimnya belum sepenuhnya dapat dinikmati oleh semua anak pulau yang tersebar di seluruh nusantara ini. Para bapak-bapak bangsa belum cukup berhasil dalam melaksanakan amanat kemerdekaan yang telah di perjuangkan oleh para pejuang kemerdekaan. Kompleksitas problimatika semakin menjadi-jadi, seiring dengan itu pula banyaknya para calon pahlawan yang muncul kepublik untuk menjadi penyelamat bangsa, mensejahterakan masyarakat, dan banyak hal lain lagi yang di umbar dalam kampanye mereka. Semoga saja apa yang mereka niatkan untuk menjadi wakil rakyat tidak untuk kepentingan perut merka sendiri.
Pemerkosaan dan berbagai kekerasan pun terjadi terhadap ibu pertiwi ini, dan yang lebih menyedihkan adalah pelakunya adalah bapak-bapakku sendiri, entah sudah berapa pulau yang telah menjadi hak milik Negara lain, berapa juta hektar hutan yang telah di babat habis dan di nikmati oleh orang lain, dan berapa banyak sumber daya alam lain yang ada di perut bumi nusantara ini yang telah dikuras habis dan lagi-lagi anak-anak bangsa tetap tidak menikmati kekayaan ibunya sendiri. Perselingkuhan macam apa yang telah terjadi pada bapak-bapaku hingga untuk memenuhi nafsu mereka apapun dapat dilaksanakan, termasuk menjarah kekayaan ibuku dan menelantarkan anak-anaknya ( rakyat ). Dan wajar saja kalau sekarang ibu pertiwiku sedang duka dan sangat lara.
Beberapa tahun yang lewat, anak-anak bangsa yang tidak tega melihat ibunya yang selalu di zhalimi serta saudara-saudara yang kelaparan melakukan protes terhadap bapak-bapak bangsa ini, reformasipun terjadi, dengan harapan agar kondisi mejadi lebih baik akan tetapi harapan hanya tingal impian, keadaan tidak banyak berubah yang banyak berubah hanyalah undang-undang dan “jatah” bapak kita yang semakin banyak dan tinggi. Sedangkan anak-anaknya masih tetap kurus,buncit dan tidak berbaju. Ada apa dengan reformasi? Ternyata reformasi hanya mengubah seorang presiden saja, dan yang lainnya adalah murid-murid yang loyal pada gurunya dulu, dan tentunya murid akan mencotoh serta mentauladani gurunya.
Dahulu di zaman penjajahan, bangsa kita ditekan sedemikian rupa agar tetap bodoh, akses untuk sekolah sangat minim buat rakyat, tanah-tanah dirampas untuk kepentingan colonial, dan nenek moyang kita mati kelaparan diatas tanah sendiri. Dan kini kondisi tidaklah terlalu jauh perbedaannya, hanya saja kulit dan muka penjajahnya yang berubah tapi jiwanya sama dengan jiwa penjajah yang tidak mempunyai hati dan bernafsu seperti binatang, atau lebih rendah dari itu.
Ditengah kondisi yang serba tidak menentu seperti ini, kita sebagai anak bangsa harus tetap optimis untuk dapat membuat ibu pertiwi ini tersenyum, menjadikan nusantara sebagai Negara kepulauan berjaya seperti dahulu, disegani oleh lawan, dihormati oleh kawan, anak-anaknya dapat dengan bebas menikmati hasil alam, dan mendapatkan haknya sebagai seorang yang merdeka. Akankah ini tercapai? Tentu bisa, dan yang menjadi penyakit-penyakit bagi bumi pertiwi harus segera di basmi secepat mungkin, para pengkhianat-pengkhianat Negara harus segera di musnahkan dari tanah air nusantara, dan para penjajah-penjajah berwajah pribumi pun harus segera di akhiri hidupnya diatas tanah bangsa Indonesia.
Tahun baru Hijriyah sudah berada di depan mata kita, artinya pergantian tahun akan segera di mulai. Tahun-tahun yang telah kita lewati akan menjadi sejarah bagi peradaban, dan misteri hari esok menjadi tanggung jawab kita untuk menyibaknya. Kewajiban kita juga untuk memulai menorehkan sejarah-sejarah baru yang akan menghiasi perjalanan sejarah nusantara ini, optimisme dalam melangkah adalah sebuah keharusan bagi kita sebagai generasi muda ( Cah Nom-Nom ) untuk menapaki jalan-jalan perjuangan yang penuh dengan misteri.
Kita selaku anak bangsa harus tetap mempunyai jiwa-jiwa para pejuang kemerdekaan, dengan terus berbuat apa yang bisa kita perbuat bagi nusantara tercinta ini, belajar untuk tetap setia kepada tanah air, dan selalu tanamkan rasa kebencian terhadap penjajahan, pengkhianatan, serta penindasan. Kita semua sama, kita adalah anak-anak dari ibu pertiwi ini. Bersama kita mendapat kasih sayang, bersama pula kita membela dan mempertahankannya. Semoga kekayaan yang di miliki oleh tanah air kita tetap selalu terjaga kelestariannya, sumber daya manusia yang setia terhadap bangsanya, masih akan selalu ada sampai pada anak cucu kita nanti.